Aku ..
Adalah apa adanya, ternyata semakin dewasa manusia semakin hidup
dibalik nyata, semakin membalut pisaunya masing-masing dengan wajahnya sendiri,
semakin menjadikan apa yang disebut paradigma-nya masing- masing menjadi hal
yang esa dalam pikirannya, mungkin aku
juga termasuk salah satunya. tetapi aku beruntung memiliki kelebihan
untuk memahami apa yang tak terucap oleh bahasa. karena emosi tak dapat diramu
menjadi sebuah kebohongan.
Menjadi yang terlambat memang tidak menyenangkan, jauh
terlampau 17.280 jam yang lalu, dimana aku lelah berlari sendirian demi mimpi
yang nyaris membuat aku kehilangan kesadaran, saat dimana euforia untuk
menginjak tempat ini, tempat aku menjamu jati diriku saat ini, jiwa pertama
yang kukenal adalah dirimu, jika harus digambarkan saat itu, aku seperti masuk
kedalam rimba yang tak kukenal dan kau mengajak ku mengenalkan rupa-rupa hidup
disana, dengan mu ku pahami arti perbedaan, dengan mu aku tak sendiri, dengan
mu aku mempelajari teka-teki dalam pikiranku sendiri, dengan mu maka aku
tertawa, dengan mu aku memiliki energi. aku
adalah jiwa yang sendiri, tak kutemui orang yang memiliki paham yang sama
denganku mungkin hanya segelintir orang itupun tak lama, usiaku memang jauh
diatas mereka, aku merindukan duniaku, dimana aku dapat berbagi pikiran dengan
orang-orang yang memiliki perspektif yang sama, setidaknya mereka teman
sebaya ku ada untuk berbagi .. aku merindu orang yang lebih tua dariku. Dan sayangnya
kamu dan mereka akan segera ….
Jumat malam (27/03/15), hujan yang datang menambah tusukan
dalam benak, bunga yang mekar memberi sindiran yang dalam akan kepergian-mu
2160 jam kedepan, bahkan beberapa teman sebayaku, warna hijau kebiruan sebagai lambang
almamater menjadi sekelebat warna yang hampir membuatku sakit kepala, Orang-orang
yang sibuk berlatih performance art
semakin menambah bisikan dalam perasaan, dan jalanan yang riuh akan lampu-lampu sign mobil
yang berkedip akan menjadi jalanan yang senyap mungkin suatu saat. Harus ku
akui tak kutemui “Teman” dalam artian yang sebenarnya, aku sering berjalan
sendiri, berdiri digedung lantai 2 SR bahkan lantai atas gedung PAU, memandangi
dedaunan yang jatuh, dan kusadari bahwa
hidup ini berotasi, dan waktu akan berlalu, hari ini akan menjadi
sejarah, dan aku yang sekarang adalah untuk aku di esok hari. Iya.. kau adalah
salah satu dari sedikitnya orang yang menemani ku dalam sepinya perjalananku,
dari kacamata logika dikanan dan kiriku memang ada sosok yang dinamakan teman
tapi cobalah melihat secara emosi, mereka hanyalah figure kosong yang tak
peduli akan rasa. Kau dan beberapa teman sebaya ku lambat laun memang memiliki
hak untuk pergi lebih dulu. Dan aku akan melanjutkan kehidupanku sendiriku
disini, hingga pada saatnya nanti akupun
akan pergi dari sini. Menunggu hujan memang lebih baik daripada bergabung
dengan orang-orang yang hanya memikirkan kebahagiaan masa perkuliahan. Pendirianku
memang sekeras batu, tak satupun orang yang dapat memberiku arahan, dan tak
mudah bagiku mempercayai orang, seperti
yang kalian lihat aku independent human, tapi dalam lubuk ini, ini semua tak
mudah… kita lihat apa yang berubah 2160 jam yang akan datang ku tantang hari
itu dengan keikhlasan.
Logika
dan emosiku saling bertabrakan, mau
menangis pun untuk apa toh logika ku berkata ini takdir. Dan aku tak bisa apa-
apa. Walau sekalipun teriak sekeras mungkin.
Say Goodbye and be success always , see
you out there, do the best and don’t look my tears … I’m promise will be kind
soon.