Sabtu, 28 Maret 2015

2160 Jam kedepan dan 17.280 Jam Kebelakang

Aku ..

 Adalah apa adanya,  ternyata semakin dewasa manusia semakin hidup dibalik nyata, semakin membalut pisaunya masing-masing dengan wajahnya sendiri, semakin menjadikan apa yang disebut paradigma-nya masing- masing menjadi hal yang esa dalam pikirannya,  mungkin aku juga termasuk salah satunya. tetapi  aku beruntung memiliki kelebihan untuk memahami apa yang tak terucap oleh bahasa. karena emosi tak dapat diramu menjadi sebuah kebohongan.


Menjadi yang terlambat memang tidak menyenangkan, jauh terlampau 17.280 jam yang lalu, dimana aku lelah berlari sendirian demi mimpi yang nyaris membuat aku kehilangan kesadaran, saat dimana euforia untuk menginjak tempat ini, tempat aku menjamu jati diriku saat ini, jiwa pertama yang kukenal adalah dirimu, jika harus digambarkan saat itu, aku seperti masuk kedalam rimba yang tak kukenal dan kau mengajak ku mengenalkan rupa-rupa hidup disana, dengan mu ku pahami arti perbedaan, dengan mu aku tak sendiri, dengan mu aku mempelajari teka-teki dalam pikiranku sendiri, dengan mu maka aku tertawa, dengan mu aku memiliki energi.  aku adalah jiwa yang sendiri, tak kutemui orang yang memiliki paham yang sama denganku mungkin hanya segelintir orang itupun tak lama, usiaku memang jauh diatas mereka,  aku merindukan duniaku,  dimana aku dapat berbagi pikiran dengan orang-orang yang memiliki perspektif  yang sama, setidaknya mereka teman sebaya ku ada untuk berbagi .. aku merindu orang yang lebih tua dariku. Dan sayangnya kamu dan mereka akan segera ….

Jumat malam (27/03/15), hujan yang datang menambah tusukan dalam benak, bunga yang mekar memberi sindiran yang dalam akan kepergian-mu 2160 jam kedepan, bahkan beberapa teman sebayaku, warna hijau kebiruan sebagai lambang almamater menjadi sekelebat warna yang hampir membuatku sakit kepala, Orang-orang yang sibuk berlatih performance art semakin menambah bisikan dalam perasaan, dan  jalanan yang riuh akan lampu-lampu sign mobil yang berkedip akan menjadi jalanan yang senyap mungkin suatu saat. Harus ku akui tak kutemui “Teman” dalam artian yang sebenarnya, aku sering berjalan sendiri, berdiri digedung lantai 2 SR bahkan lantai atas gedung PAU, memandangi dedaunan yang jatuh, dan kusadari bahwa  hidup ini berotasi, dan waktu akan berlalu, hari ini akan menjadi sejarah, dan aku yang sekarang adalah untuk aku di esok hari. Iya.. kau adalah salah satu dari sedikitnya orang yang menemani ku dalam sepinya perjalananku, dari kacamata logika dikanan dan kiriku memang ada sosok yang dinamakan teman tapi cobalah melihat secara emosi, mereka hanyalah figure kosong yang tak peduli akan rasa. Kau dan beberapa teman sebaya ku lambat laun memang memiliki hak untuk pergi lebih dulu. Dan aku akan melanjutkan kehidupanku sendiriku disini,  hingga pada saatnya nanti akupun akan pergi dari sini. Menunggu hujan memang lebih baik daripada bergabung dengan orang-orang yang hanya memikirkan kebahagiaan masa perkuliahan. Pendirianku memang sekeras batu, tak satupun orang yang dapat memberiku arahan, dan tak mudah bagiku mempercayai orang,  seperti yang kalian lihat aku independent human, tapi dalam lubuk ini, ini semua tak mudah… kita lihat apa yang berubah 2160 jam yang akan datang ku tantang hari itu dengan keikhlasan.

Logika dan emosiku saling bertabrakan,  mau menangis pun untuk apa toh logika ku berkata ini takdir. Dan aku tak bisa apa- apa. Walau sekalipun teriak sekeras mungkin.
Say Goodbye and be success always , see you out there, do the best and don’t look my tears … I’m promise will be kind soon.