Kamis, 30 April 2015

Momen Inersia dalam Tetesan Hujan

Kelam…
Ya hujan membuat hari itu kelam. Hari dimana aku telah lelah berlari menunggangi diri sendiri demi menyusul kawan- kawanku meraih mimpi disini, di kampus Ganesha. Sebuah pengalaman yang akan selalu tajam untuk diingat. Bulan Juli semakin lembab saja oleh angin dan hujan, seolah mengisyaratkan bahwa menjadi yang terlambat memang kurang menyenangkan.

Jauh terlampau 17.280 jam yang lalu, dimana aku lelah berlari sendirian demi mimpi yang nyaris membuat aku kehilangan kesadaran, saat dimana euforia untuk menginjak tempat ini masih sangat membara di dada, saat dimana aku baru saja meninggalkan sahabatku dikampus ku yang dulu demi sebuah mimpi yang telah kuramu selama 3 tahun, dimana aku baru saja melawan sistem pendidikan tinggi sebelumnya demi mimpi ini, dimana aku baru saja membuang beasiswa ku demi mimpi ini, dimana aku menolak gaji yang tinggi saat sebelumnya masih seorang karyawan desainer grafis disebuah ruko kecil dan sekali lagi demi mimpi ini. sungguh gila memang.
Minggu siang dibulan Juli masih terus – menerus membasahi bumi dengan hujannya. kutemui sesosok laki-laki yang pernah kumarahi di mediasosial atas kekesalanku karena masuk sekolah tinggi yang bukan impianku 1 tahun lalu. Lalu saat ini akan kutemui dikampus ini, aku pikir dia sama sekali orang yang biasa- biasa saja, maaf perasaanku soal laki-laki telah matirasa, bahkan aku tak peduli aku perempuan yang seperti apa, tidak memiliki Innerbeauty atau berantakan, aku adalah apa adanya, jika harus digambarkan saat ini aku hanya mengenakkan sweater pitch yang semakin memperkaya kesan kumalku kemudian rambut panjangku yang terkena air hujan semakin mendukung imageku yang betapa tidak menariknya bagi kaum pria, tak ketinggalan dengan kantung mata akibat lelahnya bergadang untuk ujian SBMPTN (seleksi bersama masuk perguruan tingi negeri). Tibalah aku harus menemui seseorang tersebut, kami sepakat bertemu. untuk yang pertama kalinya dibawah jam gadang gerbang masuk kampus. Ternyata tak seperti yang kubayangkan orang tersebut memiliki postur anatomi tubuh yang sama sekali presisi dan tinggi, cukup putih untuk ukuran warna kulit pria pada umumnya, aku yang berantakkan tak peduli dengan diriku sendiri, sedikit-sedikit aku mulai mendekat dan ia membuka kebekuan yang kurasakan dengan uluran tangannya yang lebar diiringi dengan senyuman seolah mengisyaratkan selamat datang. Sungguh aku tak paham apa yang harus aku lakukkan karena aku sempat marah kesal terhadap orang ini 1 tahun lalu itu semua membuat ku diam dalam bisu, karena saat itulah aku gagal masuk kampus ini sedangkan dia bersukacita karena berhasil masuk kampus yang aku inginkan dan menuliskan status berupa syukur dan sebgainya. Sebelumnya kami memang sempat bercanda lewat SMS dan entah apa yang aku dan dia pikirkan, dia bercanda bahwa aku sebagai orang seni pasti berani melakukkan apa yang diucapkan, yah, ada benarnya, namun tak selalu mutlak dan anehnya dia menantangku untuk memeluknya, awal kisah yang sedikit ganjil, sungguh kami hanya bercanda tak ada niat untuk melakukkannya dengan nyata. Ia menawarkanku untuk berkeliling mengenali kampus yang akan menjadi kampusku ini.

Gedung Lab V, gedung itu tempatnya ia belajar perkuliahan, ya begitu katanya, ketika lelah hendak melangkah menaiki anak tangga yang sepi, dia tiba- tiba mengingatkan akan candaan lalu d sms untuk memeluknya, demi Tuhan, aku ini tipikal orang yang gugup, dan kikuk jika berhadapan dengan lawan jenis, yang dapat aku lalukan hanya berdiri bermenit-menit menghadap badannya diiringi senyumku yang terpatah-patah karena jantung yang terus- menerus memberikkan ketukkan bagai dentuman bom waktu, iya mulai menghadap badanku juga, dan akhirnya kami hanya sama- sama senyum kikuk, 3 menit berlalu tak percaya aku kira ini khayalanku atau imajinasi liarku yang menghambur keluar sebelum waktunya. Ia menarik badanku dan mendekapkan badanku dengan badannya. Senyaman inikah memiliki seseorang untuk dijadikkan tempat bersandar, selama ini aku hanya berlari sendiri demi mimpiku, tanpa memikirkan hal ini sebagai targetku. Namun masih ada rasa ganjil, pikiranku tetap bertanya, ada apa dengan pria ini? Demi neptunus kita baru saja bertemu. Kenapa melakukkan ini semua.

Jauh disudut persfektif trotoar jalan sebuah tunggu dadu yang tepat berhadapan dengan gerbang masuk Institut, Orang itu  berdiri tertunduk mengenakkan jaket himpunannya dan sengaja menghujani dirinya dalam rintik hujan. Tangannya menggenggam sebuket bunga mawar berwarna merah dan putih, berikut bunga- bunga kecil sebagai pelengkapnya. Lalu apa artinya dipertemuan kedua ini, apa yang sebenarnya ia pikirkan?. Aku memiliki perasaan yang sensitif sehingga aku merasakkan perubahan emosi yang ada dengan detail, jauh menelisik merasakkan apa yang terjadi, berusaha mengerti apa yang tak terucap oleh lisan, berusaha memahami maksud bahasa yang disampaikan matanya. Ketika iya menyerahkan buket itu padaku, sontak aku bertanya apa arti dari semua ini, ia hanya menjawab bahwa buket itu hanya ucapan selamat atas diterimanya aku dikampus ini, jawaban yang begitu ringan tanpa beban. Sungguh berniat sekali jika memang benar demikian adanya. Lalu aku tanyakkan padanya apa arti dari warna putih menurutnya. dia bilang tidak tahu dan hanya menjawab singkat bahwa yang ia pikirkan dengan warna putih adalah #FFFFFF, sebuah kode warna putih dalam bentuk HTML, ya ampun dia ternyata seorang mahasiswa Sistem Teknologi Informatika, mungkin karena aku mahasiswa seni dan desain maka kita memiliki persepsi yang beda terhadap sesuatu terutama soal estetika dan warna, bagiku warna putih itu melambangkan suci, kejujuran dan kasih sayang. Tawa pun menghiasi ditengah percakapan kami yang entah barantah darimana datangnya. Mungkin dari warna bunga yang ia berikan untukku. Sometime Differences being incredible things.

Ketika itu hujan kembali tercurah deras, langit begitu padam menyembunyikan cahaya-nya, namun itu semua tidak sedikitpun memberi pengaruh terhadap perasaanku yang senang akan dirinya yang mengantarku pulang pertama kalinya, kami berdua menembus hujan demi mencapai tujuan lebih cepat, hujan begitu deras, sehingga pipiku terasa sakit ditamparnya, aku bisikan padanya bahwa hujannya benar- benar deras sebagai ungkapanku akan hujan yang sakit menampar wajahku, sepatah kalimat yang kabur akan suara hujan berhasil aku tangkpa walau kurang begitu jelas, “Momen Inersia yang Berlawanan dengan Daya Torsi Motor”, aku meminta ia mengulang kembali apa yang ia katakkan, namun yang kadapat adalah “Bukan apa- apa hanya sebuah Fisika dengan kasih sayang” dia berhasil membuatku memeluknya dimotor, dan tersenyum pertama kalinya dengan perasaan merahjambu. Yang biasa disebut Amour J.

Agustus, langit mulai menunjukkan cahaya mentarinnya, warna spektrum langit begitu hangat, saat dimana perkuliahan akan dimulai beberapa hari lagi, hari pertamaku sebagai mahasiswa Ganesha akan segera tiba. Dimana aku akan meneriakkan salam ganesha dan mengenakkan almamaternya. Sadar tak sadar ada yang membekas juga dari dirinnya, bagaimanapun kami sempat tertawa bersama- sama. Sayang sekali dia tak berniat mengenali diriku lebih jauh dan hanya berkata bahwa kita akan segera sibuk dengan perkuliahan masing –masing kalaupun bertemu mungkin setidaknya say hello saja, aku merasa bahwa itu terdengar menyedihkan. Dia adalah sosok pertama yang kukenal dikampus ini, dia yang telah banyak menolongku, bagaimana mungkin aku melupakannya dan menyamaratakkan dengan mahasiswa lainnya. Sepercik kekecewaan sempat kurasakkan, dan entah bagaimana otakku berpikir dengan mudah nya melontarkan kalimat kalau ia harus bertanggung jawab atas perbuatannya untuk memelukku pada pertemuan pertama, dan ia harus membayarnya dengan menjadi pacar ku. Upss… apa yang baru saja aku katakkan sepertinya belum terkonsep dengan baik dan terlontar secara prematur begitu lancarnya. Dia sempat kebingungan dan akhirnya mengiyakkan…

Bulan- bulan awal kita bersama tak ada perasaan yang benar – benar hakiki, seolah hanya status terucap yang berjalan. Akhirnya aku ingin mengakhiri permainanku sendiri, iba sempat juga tertanam dalam benak melihat dirinya yang seolah terpaksa akan tuntutan tak logisku. Aku mulai membenci diriku sendiri, mengapa aku begitu mudah percaya kepada orang yang jelas- jelas baru kukenali dan bahkan pertemuan pertama kami lewat mediasosial. Ironis …
Sesaat perasaanku memang seperti anak kucing yang dikurung dalam kandang kecil, meronta ingin mendapatkan apa yang ia inginkan, ku lewati gedung tempatnya belajar, tak kutemui sosok tinggi yang aku cari, ku telusuri tempat parkir berharap mataku tertuju pada plat nomor yang sempat mengantarku pulang , namun tak kunjung ku temui juga, untuk yang pertama hatiku yang membeku akan perasaan cinta mulai mencair kembali menjadi genangan air mata, ini perasaan yang sempat aku rasakkan beberapa tahun silam sebelum sempat berjalan sendirian dalam penggapaian, ini yang disebut menyayangi ini yang disebut cinta.” Aku harus menemukannya … “ itulah yang pertama dipikirkan oleh instinctual Drive ku.
Sore hari yang cerah, matahari tenggelam memberikan kontras yang kuat, menciptakan tekstur brush struck yang dalam terhadap tiap helai rumput hijau yang kini berwarna kekuningan, dan sosoknya yang terduduk membelakangi matahari terlihat sangat silouet, aku duduk disisi sebelahnya, dan berniat untuk mengucapkan selamat atas ulang tahunnya, aku berusaha menyanyikkan lagu untuk ulang tahunnya, namun aliran serta segukkan tangis menghentikkan bibirku, aku menyerah berkata-kata. Terakhir aku menyakinkannya bahwa aku menyukainnya kali ini serius. Namun jawaban yang terdengar adalah perpisahan. Baiklah aku harus menerima ini, 6 bulan yang aneh, buket bunga yang tetap bertengger di vas bunga meja kerjakku sudah mengering dan menghitam, namun bagikku tetap estetis dan memiliki nilai historis yang tinggi. Wajahnya mengisyaratkan bahwa ia sedang berpikir keras, namun tetap terlihat santai, entah bagaimana cara ia berpikir, ia meminta kami untuk bersama lagi. Dan menjadikkan boneka teddybear sebagai simbolik peresmian kami. Eventually We Will be Together Forever.


By_Roro _ 2015

Sabtu, 28 Maret 2015

2160 Jam kedepan dan 17.280 Jam Kebelakang

Aku ..

 Adalah apa adanya,  ternyata semakin dewasa manusia semakin hidup dibalik nyata, semakin membalut pisaunya masing-masing dengan wajahnya sendiri, semakin menjadikan apa yang disebut paradigma-nya masing- masing menjadi hal yang esa dalam pikirannya,  mungkin aku juga termasuk salah satunya. tetapi  aku beruntung memiliki kelebihan untuk memahami apa yang tak terucap oleh bahasa. karena emosi tak dapat diramu menjadi sebuah kebohongan.


Menjadi yang terlambat memang tidak menyenangkan, jauh terlampau 17.280 jam yang lalu, dimana aku lelah berlari sendirian demi mimpi yang nyaris membuat aku kehilangan kesadaran, saat dimana euforia untuk menginjak tempat ini, tempat aku menjamu jati diriku saat ini, jiwa pertama yang kukenal adalah dirimu, jika harus digambarkan saat itu, aku seperti masuk kedalam rimba yang tak kukenal dan kau mengajak ku mengenalkan rupa-rupa hidup disana, dengan mu ku pahami arti perbedaan, dengan mu aku tak sendiri, dengan mu aku mempelajari teka-teki dalam pikiranku sendiri, dengan mu maka aku tertawa, dengan mu aku memiliki energi.  aku adalah jiwa yang sendiri, tak kutemui orang yang memiliki paham yang sama denganku mungkin hanya segelintir orang itupun tak lama, usiaku memang jauh diatas mereka,  aku merindukan duniaku,  dimana aku dapat berbagi pikiran dengan orang-orang yang memiliki perspektif  yang sama, setidaknya mereka teman sebaya ku ada untuk berbagi .. aku merindu orang yang lebih tua dariku. Dan sayangnya kamu dan mereka akan segera ….

Jumat malam (27/03/15), hujan yang datang menambah tusukan dalam benak, bunga yang mekar memberi sindiran yang dalam akan kepergian-mu 2160 jam kedepan, bahkan beberapa teman sebayaku, warna hijau kebiruan sebagai lambang almamater menjadi sekelebat warna yang hampir membuatku sakit kepala, Orang-orang yang sibuk berlatih performance art semakin menambah bisikan dalam perasaan, dan  jalanan yang riuh akan lampu-lampu sign mobil yang berkedip akan menjadi jalanan yang senyap mungkin suatu saat. Harus ku akui tak kutemui “Teman” dalam artian yang sebenarnya, aku sering berjalan sendiri, berdiri digedung lantai 2 SR bahkan lantai atas gedung PAU, memandangi dedaunan yang jatuh, dan kusadari bahwa  hidup ini berotasi, dan waktu akan berlalu, hari ini akan menjadi sejarah, dan aku yang sekarang adalah untuk aku di esok hari. Iya.. kau adalah salah satu dari sedikitnya orang yang menemani ku dalam sepinya perjalananku, dari kacamata logika dikanan dan kiriku memang ada sosok yang dinamakan teman tapi cobalah melihat secara emosi, mereka hanyalah figure kosong yang tak peduli akan rasa. Kau dan beberapa teman sebaya ku lambat laun memang memiliki hak untuk pergi lebih dulu. Dan aku akan melanjutkan kehidupanku sendiriku disini,  hingga pada saatnya nanti akupun akan pergi dari sini. Menunggu hujan memang lebih baik daripada bergabung dengan orang-orang yang hanya memikirkan kebahagiaan masa perkuliahan. Pendirianku memang sekeras batu, tak satupun orang yang dapat memberiku arahan, dan tak mudah bagiku mempercayai orang,  seperti yang kalian lihat aku independent human, tapi dalam lubuk ini, ini semua tak mudah… kita lihat apa yang berubah 2160 jam yang akan datang ku tantang hari itu dengan keikhlasan.

Logika dan emosiku saling bertabrakan,  mau menangis pun untuk apa toh logika ku berkata ini takdir. Dan aku tak bisa apa- apa. Walau sekalipun teriak sekeras mungkin.
Say Goodbye and be success always , see you out there, do the best and don’t look my tears … I’m promise will be kind soon.


Selasa, 02 Desember 2014

Saat Egosentris Menyapa Kehidupan.. 


Mungkin itu yang sedang saya miliki sekarang. saat saya mencoba mengerti atas kesibukan yang ia miliki, saat saya mencoba menahan pikiran negatif saat ia bersikeras bekerja diluar kota, saat saya bersabar menahan rindu .. sesaat waktu yang ia berikan tak lebih dari 1 jam ... sebut saja perjalanan pulang kuliah bersama. itu saja .. iya, tidak lebih.  dipertemuan terakhir kali saya senang sekali bisa kembali bertemu dengannya kembali setelah 2 pekan lebih , untuk mengulang rutinitas yang semakin menipis "pulang kuliah bersama" mungkin sekedar modus saya jajan makanan agar memperpanjang waku bersamanya ketika pulang kuliah... saat saya tersenyum lepas karena kesenangan simple itu, ia menitipkan HP nya untuk ditinggal shalat, yang membuat senyum saya menjadi sekaku batu adalah, ia melarang saya mengecek hp nya, sontak pikiran saya yang sedang senang menjadi kalang kabut, demi apa … di dalam hp itu pasti ada sesuatu yang akan membuat saya marah… dan saya tahu apa yang dapat membuat saya marah … jika saya mengeluhkan hal ini… ia mungkin akan kesal, ia mungkin akan nge-judge  saya mengekang akan sosialitasnya,, bahkan alasan saya gak pernah cek FB nya lagi bukan karena hal lain, belum siap kalau - kalau saya sakit... padahal yang ia lakukan sedikit diluar batas sehingga beberapa kejadian telah berhasil membuat saya bermasalah dengan beberapa orang (cewe). Mungkin baginya itu wajar … tapi saya punya hati yang peka menelisik jauh ke dasar jiwanya…dan satu hal lagi, saat saya menahan rasa sakit ini dengan terus tersenyum. Jika saya yang salah maka sadarkan, jika ia yang salah maka hentikan keresahan hati ini …

021214
Ro_

Kamis, 21 Agustus 2014

whatever its, Just call it "Love"

Disini ...

Disisi lain Gedung mektan (Mekanika Tanah), tempatku menjalani masa TPB (Tahap persiapan bersama), masa itu … tetesan hujan membuat beribu kilau tekstur di dasar kaca, samar pandangku ke arah langit abu yang teduhkan lamunanku akan seseorang yang kusebut kau. 
ranah logika rasaku tentang itu tercampur baur akan emosi tugas nirmana yang aku kerjakan saat itu sambil ku dekatkan ponsel di sisi sikut ku, harapanku mengadu agar ia menghubungi dan mengajakku pulang bersama. dan hal itu terjadi ... 

Tak terasa tingkat 1 ku sudah berlalu, sudah 1 tahun pula kau berikan waktumu untuk ku, andai aku dapat mengungkapkan lebih detail tentang ini …  tentang hati.  selama ini, aku telah menjadi pemerhati jiwa mu, jauh didasar bahasa ada yang dapat aku terpa yaitu rasa.

Sore itu, tempat parkir barat ITB begitu sendu dan hanya tersapukan dedaunan kering yang putus asa melayang jatuh, ku lewati sore itu memalui jalur melintas miring di tengah-tengah halaman rumput hijau orang-orang menyebutnya jalur “Phytagoras ” karena memang mirip rumus pitagoras matematika, aku tidak tahu, aku tak pandai matematika. Saat itu Kau meninggalkanku hanya karena emosi sesaat suatu hal, aku nyaris benar – benar akan menghilangkan perasaan ini, tempat parkir tempat kau menyimpan motormu pertama kali, rasa penasaranku berhasil menyeret kaki ku untuk berkeliling parkiran dan berharap menemukan motor merah ber plat nomor JR tersanding di halaman. Walaupun aku tahu aku tak dapat duduk di jok belakangnya lagi, setidaknya aku bisa mengingat masa aku duduk dan memegang hoodie merahnya sebelum pemiliknya benar – benar datang dan menggunakannya. Namun mataku tak sanggup menjamu harapan itu, mata ku terlalu kabur oleh air mata, ku tatap langit agar air mata tak turun dan membasahi wajah.
Setelah 2 minggu berlalu atas kepergiannya, kau tahu rasanya berjalan menggunakan satu kaki dan kaki satumu kau tekuk ? nah seolah seperti itulah kira-kira seperti ada yang hilang dalam diri ini. Hari pertama mata ku masih mencari sosoknya kala melewati LAB VII, hari kedua , begitu juga hari ketiga dan keempat, namun tak ada bayangnya yang terpantul dimataku. Benar- benar hilang . . .
Hari berikutnya kepalaku hanya terunduk ketika melewati LAB VII, aku sudah tak peduli lagi kalaupun dia ada saat aku melewati Lab tersebut.

Pulang kuliah, aku adalah pelanggan setia angkot Kalapa-Dago, saat itu riuh sekali kendaraan yang berebutan jalur melihat itu, pikiranku kembali kepada sosok yang sama, ku lewati halte dimana kau dan aku pernah menghujani diri berdiri di halte itu, mataku mulai mengalirkan bebannya, seorang anak SD yang duduk berseberangan di angkot terpaku melihat mataku merah dan berair, aku harus berpura-pura kena debu, hal pertama yang aku pukirkan.

Dirumah, buket bunga yang pertama kali kau berikan, sudah kering dan gelap berdiri kuyu disamping meja komputerku, tapi bagiku tetap eksotis entah mengapa itu memiliki makna yang sangat dalam. ketika wisuda Juli 2013 bunga itu kau berikan beserta perasaan yang terkandung didalam bunga mawar merah yang sekarang hitam lebam.

Setelah beberapa hari wajahku pucat pasi, datar seraya tak ada warna lain dalam jiwa, hanya gradasi hitam dan putih, aku tak lagi menangis, dirimu sudah memudar dalam benak, dirimu kini hanya imajinasi liarku saja. Namun entah bagaimana Tuhan mengatur scenario hidup ini… Kau muncul kembali dihadapanku, dan meminta semua imajinasi itu menjadi tanjam kembali, kau ingin aku kembali.
Diatas rumput dibawah pohon komplek mekar wangi, ekspresimu terlihat silouet karena dibalik badanmu bersinar matahari sunset seolah berkata ‘selamat berjuang’ atau mungkin hanya pikiranku saja. Dan Kau dan aku kembali menjadi ‘kita’ .

Sekarang kejadian itu sudah berbulan –bulan berlalu, kini yang menghunus diatas rasa adalah Tahun depan kau akan wisuda , dan meninggalkan kampus lebih dulu . . .
Walupun kau hilang dari pandanganku, aku harap persaanmu tetap sama dan takkan pernah hilang.

L.Al Fikri ^^

Kamis, 19 Juni 2014

Pikirkan Apa yang Ada Dibalik Ekspresi Seseorang ... "

Aku hanya ingin sedikit menceritakan apa yang sebenarnya  sedang aku pikirkan dimalam ini, kamis, 09 Juni 2014.

Mungkin karena aku dilahirnkan sebagai anak bungsu, yang sedari kecil sangat di protecsi oleh orangtua, mungkin dari situ aku menjadi karakter yang lebih suka memperhatikan dari pada melakukan, sekilas juga aku tipikal orang yang perasa/peka (sensitive).

karena aku pernah berusaha kuliah selama 3 tahun, ingatanku soal itu masih membekas sedalam lubang  tanah yang tersusuk tombak, tapi aku sangatttt bersyukur kepada Allah karena telah memberi kesempatanku untuk kuliah dikampus impian, seandainya tidak, mungkin aku …. Sakitjiwa,
Karena apa yang aku korbankan bukan hanya materi, tapi sahabat, jabatan, waktu, raga, jiwa, tanyakan saja pada Alam Raya ini jika tak percaya, semua itu seolah seperti sejarah. yahh namun aku bersyukur aku diberikan kelebihan sebagai orang yang memiliki komitmen seteguh karang, sehingga dapat meraih takdirku yang Allah rencanakan sebelumnya. Dan ini tidak mudah. Setelah aku masuk kampus serasa hidup kembali, serasa kembali bernafas, serasa dunia kembali kepada posisinya.

Namun itu semua menjadi sebuah kesakitan yang melahirkan arogansi. ketika melihat teman- teman ku yang lebih dulu masuk bertindak seolah-olah seperti seniorku, disisi lain usianya sebaya denganku atau lebih muda, dan bahkan menciptakan sebuah jarak seolah aku dan mereka benar – benar antara junior dan senior, dari sana aku tidak ingin berada dibawah mereka, bahkan kalau bisa aku bilang “ Jangan samakkan aku sepertihalnya orang yang baru menginjak tangga ”.
Aku tau, semua orang sama dan bisa menjadi pembimbing dan guru, termasuk balita yang baru bisa belajar merangkak, dengan catatan perlakuan (attitude)  yang menjadi pembeda mana orang yang lebih tua, seusia, sebaya . Karena aku dilahirkan sebagai manusia ber-suku Sunda, aku paham akan budipekerti yang pantas dilakukkan untuk orang yang lebih muda, sebaya , dan lebih tua. Walau berteman seolah sebaya bukan berarti cara meperlakukkannya juga sama.

Itu saja yang sedikit membuat mataku buram berair malam ini.. :”)
Teruntuk temanku yang berpakaian tahta, bagiku sama saja seperti telanjang.
Karena bagiku yang terpenting adalah sikap (akhlak).


Jumat, 09 Mei 2014

The Reall Emotions  (Tugas - tugas Tahap Persiapan Bersama TPB FSRD 13) .


Ini adalah tugas - tugas saya selama menjalani semester tingkat 1-2 atau sama dengan TPB Tahap Persiapan Bersama FSRD ITB. (The tasks during on preparation stage together when i )


. . . dilihat dari bentuknya, manusia memiliki tiga bentuk image, yaitu image abstrak (bahasa), image konkret, dan pra-image. Setiap sistem indera memiliki pra-image, image konkret, dan image abstrak sendiri. Pra-image adalah image yang kabur, samar, tak jelas bentuknya, tapi ikut membantu kita dalam proses berpikir. Imagekonkret adalah image yang jelas bentuknya, sedangkan image abstrak adalah image konkret yan telah jadi bahasa . . . . (Tabrani, Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar, Bandung, Penerbit ITB, 2000, hlmn. 01) 

dilihat dari kutipan tersebut, bahwa bisa dibilang karya cipta adalah gabungan dari apa yang kita tankap berupa sensasi memori, yang di simpan didalam pikiran dan kemudian di afeksikan oleh imajinasi sehingga membentuk sesuatu yang berbeda dengan apa yang reseptor tangkap. intinya tidak ada pencipta (Manusia) yang murni hasil cipta sendiri karena pasti terdapat temuan orang lain di dalamnya, kecuali Allah swt .. 


  1. Nirmana 2D


  • Nirmana Gradasi Hitam putih (Gradation Black and white)
 Nirmana gradasi hitam putih (Poster colour on Concorde Papper 40x40cm, Rochmah.r-roro).
  • Nirmana Garis (Lines)
 Nirmana garis  (Poster colour on Concorde Papper 40x40cm, Rochmah.r-roro).
  • Nirmana komposisi warna (colours composition)
Nirmana komposisi warna  (Poster colour on Concorde Papper 40x40cm, Rochmah.r-roro).








  •  
    Nirmana Serangga (insecta )








Nirmana serangga  (Poster colour on Concorde Papper 40x40cm, Rochmah.r-roro).

  • Nirmana Batik 
Nirmana Batik  (Poster colour on Concorde Papper 40x40cm, Rochmah.r-roro).

  • Nirmana Ruang (Dimenssion

Nirmana Ruang  (Poster colour on Concorde Papper 40x40cm, Rochmah.r-roro).

Sementara saya upload sebagian dulu yaa . 


^^ By Roro - Rochmah.R





Jumat, 07 Februari 2014

About Journey Of Crossing The Chrono

Nama saya Roro, semua memanggil Saya demikian, nama yang didapat ketika saya Aktif di Teater SMSR/SMK 14 Bandung . saya lulus dari SMSR Tahun 2011. sungguh sebuah kebanggan yang tidak ternilai. setelah kejadian beberapa waktu ini sekitar kurang lebih 3 tahun termasuk tahun ke-3 yang sedang saya jalani, saya merasa seolah melintasi waktu, melihat  Rupa-rupa kehidupan duniawi remaja. mempelajari berbagai hal kecil yang dilupakan, saya mulai mengerti sebepara kuatnya arti kepercayaan tergadap Sang Pencipta. seperti terjadi komunikasi melewati perantara sebuah kejadian. tahun 2011 ketika saya lulus dari SMK , bercita-cita ingin menyentuh bangku kuliah yang dirasa sangat jauh dan tak mungkin saya capai hanya dengan bermodalkan keinginan. saya bekerja sebagai Desainer Grafis disebuah perusahaan kecil d sebuah komplek, setiap saat saya habiskan waktu malam saya dengan lamunan nunjauh, seolah sedang mengharapkan suatu hal yang absurd, diluar nalar. Kemudian saya pindah bekerja sekitar  tahun 2011 disebuah perusahaan Sepatu di Bandung saya ditempatkan posisi di office sebagai Desainer motif untuk Prod. sepatu kadang juga memegang posisi Drafter jika bagian itu sedang membutuhkan bantuan. cukup enak saya merasakan kenikmatan bekerja sebagai seorang Desainer seolah kata 'pendidikan' terpenggal dan jauh terkubur mati. tak ada lagi buku, pensil, tugas , ataupun semacamnya. rutinitas yang membosankan. saya kembali berfikir tentang kuliah target saya adalah ITB. orang tua saya tidak ingin saya kuliah karena saya anak yang terakhir kedua orangtua saya sudah Tua , tidak mungkin membiayai saya sekolah tinggi. apa lagi sebut saja kampus pilihan saya adalah kampus yang terkenal dengan level biaya yang bonafi. saya justru tidak pernah melupakan mimpi saya yang sudah saya ukir sejauh ini , sudah setengah jalan usaha saya untuk mendapatkan itu , saya pikir dengan gaji saya selama 1 tahun tidak mungkin bisa membayar ITB sebesar 10 Juta dan belum lagi itu hanya berlaku 1 smester saja . tahun 2012 datang, saya mencoba SBMPTN ke ITB, berharap semua usaha dan Do'a saya  menjadi jawaban ditahun ini. saya mengundurkan diri dari tempat kerja saat itu, Bos saya menawarkan gaji lebih tinggi agar saya tidak out dari kantor , tapi saya punya komitmen yang tidak bisa saya buang. akhirnya 2012 saya mengikuti SBMPTN dengan hasil "Gagal" dan saya pun kuliah d kampus seni di bandung bukan ITB , semangat serta kesakitan tidak mungkin hilang, saya melihat kehidupan yang tidak terlalu logis untuk orang seusia saya dari yang negatif hingga positif, saya berteman dengan seseorang yang Fanatik, kejiwaan, kekanakan, pemilik Six sence, dll . walau saya memiliki seorang sahabat yang luarbiasa, ITB tetap lebih dulu mengenal saya dari pada mereka. saya sedikit putus asa seperti nya apa yang saya usahakan tak mungkin saya dapatkan, ini mungkin yang disebutkan takdir, saya anak pembangkang, tidak mendengarkan apa kata orang tua, orang tua saya tidak membolehkan saya kuliah, setiap saya menerima nasihat yang menyinggung kuliah, saya lemparkan apapun yang sya pegang, menangis sambil terus belajar ditengah malam bukanlah hal yang asing, membaca samar-samar deretan kalimat di buku karena mataku terhalang air mata. semua aku tinggalkan, Pekerjaan, sahabat, beasiswa saya dikampus yang sekarang saya buang, IP banyak yang 0 di smester 2, berbeda dengan smester pertama dengan nilai minimal 3, saya belikan semua gaji saya selama kerja dulu untuk satu set komputer agar saya bisa bekerja sebagai Freelance illustrator kalo nanti saya kuliah di ITB kelak . seandainya di tahun 2013 ini saya gagal ke ITB saya sudah tak punya apa-apa lagi untuk meraih mimpi saya selama ini. saya tak peduli uang semesternya berapa saya tak peduli seandainya saya gak bisa bayar smesteran di ITB, ini hanya pembuktian kepada dunia bahwa saya bisa berjuang mendapatkan hingga batas waktu terakhir. saya tidak akan mendengarkan kata-kata siapapun yang mengucapkan "sudahlah" "ini Takdir" "kamu tidak seperti mereka" dll .. saya bisa ! seolah menasihati diri sendiri, saya tau saya sudah tak yakin tapi inilah yang disebut Final, waktu akan berlalu ,, waktu akan pergi, kemanakan arahku .. semua masih misteri
saya percaya dengan QS.Al-Insyirah saya percaya Allah melihat, saya percaya ada pelangi setelah hujan badai. apapun bentuknya. Ibu saya takut saya sakit jiwa, apa boleh buat saya memang sudah sakit jiwa.
Hasil SBMPTN tahun 2013 adalah, saya Resmi berdiri menyanyikan lagu Indonesia Raya didepan Rektor Bersama 3000 orang calon mahasiswa Baru ITB :) Alhamdulillah terimakasih semuanya ..