Kamis, 19 Juni 2014

Pikirkan Apa yang Ada Dibalik Ekspresi Seseorang ... "

Aku hanya ingin sedikit menceritakan apa yang sebenarnya  sedang aku pikirkan dimalam ini, kamis, 09 Juni 2014.

Mungkin karena aku dilahirnkan sebagai anak bungsu, yang sedari kecil sangat di protecsi oleh orangtua, mungkin dari situ aku menjadi karakter yang lebih suka memperhatikan dari pada melakukan, sekilas juga aku tipikal orang yang perasa/peka (sensitive).

karena aku pernah berusaha kuliah selama 3 tahun, ingatanku soal itu masih membekas sedalam lubang  tanah yang tersusuk tombak, tapi aku sangatttt bersyukur kepada Allah karena telah memberi kesempatanku untuk kuliah dikampus impian, seandainya tidak, mungkin aku …. Sakitjiwa,
Karena apa yang aku korbankan bukan hanya materi, tapi sahabat, jabatan, waktu, raga, jiwa, tanyakan saja pada Alam Raya ini jika tak percaya, semua itu seolah seperti sejarah. yahh namun aku bersyukur aku diberikan kelebihan sebagai orang yang memiliki komitmen seteguh karang, sehingga dapat meraih takdirku yang Allah rencanakan sebelumnya. Dan ini tidak mudah. Setelah aku masuk kampus serasa hidup kembali, serasa kembali bernafas, serasa dunia kembali kepada posisinya.

Namun itu semua menjadi sebuah kesakitan yang melahirkan arogansi. ketika melihat teman- teman ku yang lebih dulu masuk bertindak seolah-olah seperti seniorku, disisi lain usianya sebaya denganku atau lebih muda, dan bahkan menciptakan sebuah jarak seolah aku dan mereka benar – benar antara junior dan senior, dari sana aku tidak ingin berada dibawah mereka, bahkan kalau bisa aku bilang “ Jangan samakkan aku sepertihalnya orang yang baru menginjak tangga ”.
Aku tau, semua orang sama dan bisa menjadi pembimbing dan guru, termasuk balita yang baru bisa belajar merangkak, dengan catatan perlakuan (attitude)  yang menjadi pembeda mana orang yang lebih tua, seusia, sebaya . Karena aku dilahirkan sebagai manusia ber-suku Sunda, aku paham akan budipekerti yang pantas dilakukkan untuk orang yang lebih muda, sebaya , dan lebih tua. Walau berteman seolah sebaya bukan berarti cara meperlakukkannya juga sama.

Itu saja yang sedikit membuat mataku buram berair malam ini.. :”)
Teruntuk temanku yang berpakaian tahta, bagiku sama saja seperti telanjang.
Karena bagiku yang terpenting adalah sikap (akhlak).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar