Aku hanya ingin sedikit
menceritakan apa yang sebenarnya sedang aku pikirkan dimalam ini, kamis,
09 Juni 2014.
Mungkin karena aku dilahirnkan sebagai anak bungsu, yang sedari
kecil sangat di protecsi oleh
orangtua, mungkin dari situ aku menjadi karakter yang lebih suka memperhatikan
dari pada melakukan, sekilas juga aku tipikal orang yang perasa/peka
(sensitive).
karena aku pernah berusaha kuliah selama 3 tahun, ingatanku soal
itu masih membekas sedalam lubang tanah
yang tersusuk tombak, tapi aku sangatttt bersyukur kepada Allah karena telah memberi
kesempatanku untuk kuliah dikampus impian, seandainya tidak, mungkin aku …. Sakitjiwa,
Karena apa yang aku korbankan bukan hanya materi, tapi sahabat,
jabatan, waktu, raga, jiwa, tanyakan saja pada Alam Raya ini jika tak percaya,
semua itu seolah seperti sejarah. yahh namun aku bersyukur aku diberikan
kelebihan sebagai orang yang memiliki komitmen seteguh karang, sehingga dapat
meraih takdirku yang Allah rencanakan sebelumnya. Dan ini tidak mudah. Setelah aku
masuk kampus serasa hidup kembali, serasa kembali bernafas, serasa dunia
kembali kepada posisinya.
Namun itu semua menjadi sebuah kesakitan yang melahirkan arogansi.
ketika melihat teman- teman ku yang lebih dulu masuk bertindak seolah-olah
seperti seniorku, disisi lain usianya sebaya denganku atau lebih muda, dan
bahkan menciptakan sebuah jarak seolah aku dan mereka benar – benar antara
junior dan senior, dari sana aku tidak ingin berada dibawah mereka, bahkan
kalau bisa aku bilang “ Jangan samakkan aku sepertihalnya orang yang baru
menginjak tangga ”.
Aku tau, semua orang sama dan bisa menjadi pembimbing dan guru,
termasuk balita yang baru bisa belajar merangkak, dengan catatan perlakuan (attitude) yang menjadi pembeda mana orang yang lebih
tua, seusia, sebaya . Karena aku dilahirkan
sebagai manusia ber-suku Sunda, aku
paham akan budipekerti yang pantas dilakukkan untuk orang yang lebih muda,
sebaya , dan lebih tua. Walau berteman seolah sebaya bukan berarti cara
meperlakukkannya juga sama.
Itu saja yang sedikit membuat mataku buram berair malam ini.. :”)
Teruntuk temanku yang berpakaian tahta, bagiku sama saja seperti
telanjang.
Karena bagiku yang terpenting adalah sikap (akhlak).